Kopitekno.com – Oppo kembali merilis smartphone terbarunya di Indonesia, Oppo R17 Pro. Smartphone yang sebetulnya telah dirilis pada September 2018 lalu, kini dibawa ke tanah air untuk berebut ceruk sesuai target Oppo Seri-R: fashionable, suka dengan teknologi baru, dan tentu saja punya budget lebih.
Sebagai catatan, Oppo hanya membawa R17 Pro saja ke tanah air meski smartphone ini punya ‘adik kandung’ yakni R17 yang spesifikasinya lebih rendah. Meski dirilis secara global berbarengan, smartphone ini tak terlampau banyak dibahas oleh banyak orang. Itulah mungkin yang menjadi alasan mengapa Oppo hanya membawa kakaknya tersebut.

Sebagai salah satu seri-R dari Oppo, R17 Pro memiliki tampilan yang amat memikat. Terlebih tampilan belakang yang memadukan antara warna ungu dengan biru muda dan dibatasi oleh gradasi kabut yang sedikit menyerupai huruf S. Oppo sendiri menyebut tampilan ini sebagai Radiant Mist.
Bodi belakang yang cantik ini terbuat dari bahan kaca yang bertekstur matte. Bahan ini tergolong anti fingerprint magnetic. Ya memang tak anti-anti banget sih. Sidik jari tetap ada tapi tak terlalu tampak. Dan sebagai perlindungan, Oppo memasang coating Corning Gorilla Glass 6 pada bodi belakang ini. Sudah cantik, kuat pula.
Tampilan bodi cantik ini tidak terganggu oleh kehadiran fingerprint scanner. Sebab salah satu fitur keamanan ini berpindah ke bagian depan, dan orang-orang menyebutnya under display fingerprint scanner. Ini merupakan salah satu fitur unggulan Oppo R17 Pro.
Kalau bodi belakang saja terpasang Gorilla Glass 6, apatah lagi layar yang ada di depan. Layar berjenis AMOLED dengan bentang 6,4 inci yang memiliki poni tetes air di bagian atasnya ini juga sama-sama terpasang coating Gorilla Glass 6.
Layar ini memiliki rasio 19,5:9 dengan screen to body ratio sebesar 91,5%. Sehingga meski berlayar cukup lebar, tidak membuat bodi smartphone jadi melebar. Dimensi total smartphone ini hanya 157.6 x 74.6 x 7.9 mm saja.
Fitur unggulan lain selain tampilan dan sidik jari di bawah layar adalah kamera. Fitur ini pun menjadi yang paling banyak diperbincangkan sebab membawa sebuah teknologi baru di ranah smartphone mid-range.
Oppo R17 Pro memiliki tiga kamera di belakang. Ketiga modul kamera yang didesain vertikal ini memiliki fungsinya masing-masing. Pertama, modul kamera di tengah memiliki resolusi 12 MP, dengan dual aperture yakni f/1.5 dan 2.4 dan ukuran sensor 1.,4 µm. Dual aperture ini akan berganti-ganti secara otomatis sesuai dengan kondisi pencahayaan.
Modul kamera kedua yang berada di bawahnya, memiliki resolusi yang lebih tinggi yakni 20 MP dengan aperture f/2.6. Kamera yang letaknya paling bawah ini berjasa dalam membuat efek bokeh yang ciamik.
Sementara itu, kamera yang berada di posisi paling atas merupakan TOF 3D stereo camera. TOF singkatan dari Time of Flight. Kamera ini bisa dipergunakan untuk mengambil foto tiga dimensi, yang kelak berguna untuk aplikasi 3D printing.
Kamera ini pun bisa diaplikasikan ke hal yang lebih luas, seperti penangkapan gerak, bentuk tubuh, pengukuran kedalaman, dan lainnya. Aplikasi augmented reality pun bakal lebih baik dengan kamera ini.
Sayangnya, Oppo masih menonaktifkan fitur ini, sebab software-nya masih mentah. Kelak kalau pihak pengembang dari Oppo sudah siap, pemilik Oppo R17 Pro akan mendapat update-nya. ~Tapi ya gak tau kapan siiih…
Saat ini, kamera TOF ini hanya bisa dipergunakan untuk mengenali kondisi pencahayaan dalam membantu kamera lain memotret.
Pembacaan cahaya saat memotret memang menjadi andalan utama dari kamera Oppo R17 Pro. Sehingga Oppo cukup percaya diri dengan memberi tagline “Seize the night” yang berasal dari padanan Bahasa Inggris untuk bahasa Latin “carpe noctem”, pada smartphone ini. Ya, “merengkuh malam” kalau ditafsirkan ke Bahasa Indonesia.
Sementara itu, kamera depan yang letaknya persis didalam poni tetes air memiliki resolusi yang lebih besar lagi yakni 25 MP dengan bukaan f/2.0. Kamera ini memiliki ukuran sensor 0.9µm.
Untuk dapur pacunya sendiri, Oppo memasang chipset Snapdragon 710 yang terdiri atas delapan inti. Inti ini tersusun dari dua inti Kryo 360 Gold berkecepatan 2,2 GHz dan enam Kryo 360 Silver berkecepatan 1,7 GHz. Urusan grafis diserahkan pada Adreno 616.
Sebagai catatan, Oppo R17 Pro menjadi smartphone resmi pertama yang memakai chipset Snapdragon 710 di Indonesia. Catat ya, yang resmi.
Untuk urusan performa sendiri, Snapdragon 710 berada di bawah Snapdragon 845, namun cukup superior dibandingkan Snapdragon 660 apalagi Kirin 710 dan Helio P60. Cuma ukuran itu hanya tampak dari skor AnTuTu saja yang berkisar di angka 150 ribu hingga 160 ribu.
Soalnya kalau pengalaman penggunaan, antara Snapdragon 710 dengan Snapdragon 660 tidak terlalu jauh berbeda. Ya, mungkin karena sama-sama chipset mid-range.
Untuk pasar Indonesia, Oppo hanya membawa Oppo R17 Pro yang versi RAM 8 GB dan internal memori 128 GB saja.
Sebelum masuk ke harga, ada satu pertimbangan lagi untuk meminang Oppo R17 Pro, yakni keberadaan fitur Super VOOC Flash Charge. Untuk diketahui saja, Oppo Find X reguler hanya memakai fitur VOOC. Barulah pada Find X edisi Lamborghini yang harganya ‘menakjubkan’ itu fitur ini disematkan.
Kelebihan Super VOOC adalah mampu mengisi daya jauh lebih cepat daripada smartphone tanpa fitur ini. Melalui fitur ini, dalam 10 menit saja, Oppo mengklaim smartphone ini bisa terisi dayanya sebesar 40 %.
Baterai Oppo R17 Pro memiliki kapasitas 3700mAh yang terdiri atas dua sel yang masing-masing memiliki 1850mAh. Dan agar baterai ini tetap bisa diisi dengan fitur Super VOOC itu, harus ada seluruh komponennya, yakni smartphone-nya, kabel, dan kepala charger bawaan. Kalau misal tidak ada kabel charger-nya saja, fitur ini tidak bisa berjalan.
Soal harga, ada yang bilang harga yang ditawarkan Oppo cukup tinggi. Overprice, kata anak Jaksel. Sebab ukuran harga smartphone biasanya didasarkan pada jenis chipset. Tapi Oppo tetap percaya diri dengan merilis Oppo R17 Pro ini dengan harga resmi Rp9.999.000.
Apakah harga sebesar itu membuat Oppo R17 Pro ini di-skip banyak orang? Belum tentu. Sebab seperti tertulis di awal, market Oppo terutama seri R ini menyasar mereka yang sejalan dengan desain, fitur, citarasa, dan terutama budget lebih. Jadi kalau bukan target pasarnya, ya jangan bilang mahal.