Wabah Novel Corona Virus atau yang disebut COVID-19 membuat pandemi global terus berlanjut. Banyak negara mulai menerapkan berbagai kebijakan untuk menghentikan penyebaran virus yang telah menginfeksi satu juta orang lebih di seluruh dunia ini.
Setiap negara menerapkan strategi yang berbeda-beda. Ada yang secara keras menerapkan lockdown sehingga memaksa setiap orang untuk tinggal di rumah masing-masing.

Ada yang hanya memberikan imbauan saja agar menjaga jarak dalam komunitas dan melarang berkerumun. Semua negara punya pertimbangan dan telah menanggung risiko masing-masing.
Cara Google Memantau Komunitas
Sebagai bagian dari masyarakat global dan yang terdepan dalam industri teknologi digital, Google memberikan salah satu solusi untuk memantau efektivitas kebijakan physical distancing di berbagai negara.
Raksasa dari Palo Alto ini menyajikan laporan terkait tingkat kunjungan beberapa tempat tertentu seperti stasiun, toko kelontong, apotek, taman, dan rumah. Laporan yang disebut COVID-19 Community Mobility Reports bisa diunduh disini.
Laporan tersebut tersaji dari hasil tracing berbagai layanan Google terutama Google Maps. Dari sekumpulan data yang direkam, Google membuat laporan dalam bentuk grafik secara umum.

Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui apakah warga negara tertentu patuh terhadap protokol pencegahan COVID-19.
Sebagai contoh, dalam laporan itu tertuang kunjungan ke tempat rekreasi di Indonesia turun 47% dibanding jumlah kunjungan rata-rata biasanya atau Google menyebutnya sebagai baseline.
Toko kelontong dan farmasi menurun 27%, taman berkurang 52%, stasium 54%, perkantoran 15%, dan rumah meningkat 15%. Laporan ini dihasilkan dari pantauan pada 29 Maret 2020. Untuk 130 negara lain, Anda bisa ketahui disini.
Untuk saat ini baru Amerika Serikat saja yang diperbarui secara detail. Hal ini dimungkinkan karena di negara inilah Google berada. Namun dalam keterangan resminya, Google menjamin kalau pembaruan berkala akan dilakukan dalam beberapa pekan setelah laporan tersebut.
Sebetulnya, menurut Google, laporan ini bisa dipergunakan oleh otoritas setempat untuk memantau komunitas warga negara mereka. Apakah masyarakat tersebut patuh terhadap imbauan atau tidak. Sehingga bisa menjadi bahan evaluasi bagi program pencegahan penyebaran CoVID-19.
Kelemahan
Sayangnya kelemahan dari program milik Google ini adalah hanya bagi pengguna Android atau non-Android tapi menghidupkan pengaturan lokasinya atau GPS. Buat yang tidak menghidupkan lokasinya, tentu tidak akan terlacak oleh Google.
Hal ini tentu mirip teknik pada penentuan jalan yang macet pada aplikasi Google Maps. Aplikasi ini tentu menuai banyak kelemahan. Salah satu kelemahan ini pernah diungkap oleh seorang seniman Jerman saat membuat jalan menjadi ‘macet’ di Google Maps.
Tentu saja kelemahan itu bukan menjadi alasan bagi otoritas untuk tidak memanfaatkan fasilitas dari Google ini sebagai bahan evaluasi. Toh selain gratis, otoritas tersebut hanya tinggal mengunduh laporannya saja.